Minggu, 01 Januari 2012

semiotika iklan maybellin menurut barthes




                                          Iklan Bedak “MAYBELLINE NEW YORK


 










Dari peta tanda Roland Barthes tersebut, dapat dikatakan bahwa makna denotasi yang membangun makna konotasi dari tanda tersebut. Jadi, dalam konsep Barthes, tanda konotatif tidak sekedar memiliki makna tambahan, namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya. Di dalam semiologi Roland Barthes dan para pengikutnya, denotasi merupakan sistem signifikasi tingkat pertama, sementara konotasi merupakan tingkat kedua. Dalam hal ini denotasi justru lebih diasosiasikan dengan ketertutupan makna, dan dengan demikian, sensor atau represi politis. Sebagai reaksi yang paling ekstrem melawan keharfiahan denotasi yang bersifat opresif ini, Barthes mencoba menyingkirkan dan menolaknya. Baginya yang ada hanyalah konotasi semata-mata.
Iklan merupakan salah produk budaya (artifact). Jadi, melalui iklan, kita bisa melihat bagaimana pandangan masyarakat mengenai suatu hal. Iklan itu sendiri sangat berkaitan erat dengan budaya popular. Hal ini dikarenakan iklan itu sendiri bertujuan untuk menjual produk baik secara literal maupun figuratifLiteral berarti menjual produk itu sendiri, sedangkan figuratif adalah menjual gambaran/ visualisasi produk bersangkutan yang disajikan oleh produsen melalui iklan. Dengan memahaminya, masyarakat bisa menyaring dan menilai sendiri mengenai pandangannya tentang suatu hal, sehingga mereka bisa lebih bijak dalam menyikapi iklan- iklan yang terkesan tidak realistis.
Penampilan sempurna setiap saat tanpa luntur,berminyak dan tahan keringat. Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa produk kecantikan yaitu bedak yang ditawarkan untuk wanita yang beraktivitas seharian. Bedak dengan formula microfine yang menyamarkan noda wajah,tahan keringat, menyerap minyak serta tidak luntur Oleh karena itu, produk-produk saling bersaing memberikan yang terbaik. Hal ini tentu menjadi sasaran empuk bagi produsen kosmetik, apalagi media televisi seakan memberikan ruang bagi mereka melalui iklan-iklan komersial tentang produk yang ditawarkan. Penggunaan ikon dari kalangan artis yang menarik diharapkan akan meningkatkan penjualan dari produk yang diwakilinya. Faktanya, ikon- ikon produk kosmetik adalah para artis yang memiliki karir yang bagus seperti penyanyi Sherina Munaf. Dengan adanya ikon tersebut akan semakin menguatkan mitos dan pola pikir masyarakat tentang definisi cantik dan sempurna setiap saat dalam beraktivitas apapun.

Makna yang ingin dikesankan dalam iklan ini adalah perempuan harus terlihat cantik sempurna dari pagi hingga malam. Berdasarkan semiotika Barthes, hal ini mengesankan mitos bahwa seorang perempuan cantik adalah perempuan yang memiliki kulit wajah yang putih bersih, tidak bernoda, tidak berkerut, tampil cantik dan menawan setiap saat, sehingga sangat menarik perhatian. Meskipun kecantikan bersifat sangat subyektif pada masing-masing individu, tetapi jika terdapat wajah muda, tanpa kerut, berkulit putih mulus tanpa noda dan segar, semua orang pasti akan mengkonotasikannya sebagai perempuan yang berwajah cantik.